Pages

Monday 2 November 2015

Palestina diantara Pemilu Presiden 2014

Ditengah hiruk pikuknya Pilpres Indonesia 2014, masyarakat Indonesia yang entah kebetulan atau memang ditakdirkan sebagai Negara dengan pemeluk Islam terbesar kini disuguhi kabar pekat dari batas – batas Jalur Gaza di Palestina sana. Negeri ‘kecil’ ini lagi – lagi digempur oleh “ Negeri Kecil ” disebelahnya. Beranda Facebook maupun twitter saya langsung saja berubah drastis, dari yang tadinya tentang capres/pilpres jadi foto – foto memilukan, dan berbagai ajakan kemanusiaan. Ah, mungkin beranda anda juga sama.

Yang menarik, sebelum berita – berita (tentang serangan di Gaza) ini muncul, adalah pernyataan salah seorang calon presiden, Pak Joko Widodo, di salah satu sesi debat capres yang kira – kira bunyinya , “ Disini, saya Joko dan JK punya komitmen, mendukung penuh Palestina untuk menjadi Negara yang merdeka, dan mendukung penuh Palestina untuk menjadi Negara yang berdaulat, dan mendukung penuh Palestina untuk menjadi anngota penuh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).”
Tentunya ini pernyataan yang menarik dan ‘terlihat’ mantap. Yah, walaupun memang ada yang bilang itu pernyataan yang biasa saja, tidak ada yang istimewa. Salah satu teman saya, menanggapi kata – kata Pak Jokowi ini dengan memasang status yang bunyinya :

“ jokowi ganteng malam ini,,haha
baru mulai dah ngomong pengakuan trhadap kmerdekaan palestina.
#sya nunggu tanggapan dia tentang kedutaan israel d indonesia dan hubungan diplomatik'y.”
--- Pada tgl 22 Juni lalu.---

Tentunya, jika diluar sana ada yang bilang antara memuji dan menyinggung bahwa itu Cuma kata – kata retorika ‘pencitraan’, itu merupakan hal yang lain lagi. Yang jelas, ketika kata – kata Pak Jokowi ini belum bisa kita lihat ‘bukti nyatanya’, kita sudah melihat bukti nyata bahwa Gaza diserang lagi oleh Israel sejak awal Ramadhan kemarin. Anda menunggu bukti nyata kata – kata Pak Jokowi? Kalau begitu saya juga sama.

Kabar baiknya, tadi sore waktu buka puasa saya kebetulan lihat MetroTV, tepatnya di Runing Teks nya MetroTV yang menyebutkan (kira – kira) bahwa beliau (Pak Jokwi) akan berkunjung ke Dubes Palestina untuk menyampaikan rasa bela sungkawa dan turut berduka cita. Saya belum cross ceck berita ini, kalau ada yang punya ya monggo saja di share. Lagi – lagi, kalau ada yang bilang ini pembuktian beliau atau ‘pencitraan’, itu urusan lain. Dan lagian juga Pilpres sudah lewat 9 Juli kemaren, tinggal menunggu hasil real count nya dari KPU.

Ah, tapi disini saya tidak akan membahas panjang lebar tentang Bapak Yang Terhormat Yang Baru Pulang Umroh itu. Saya cerita tentang beberapa tanggapan orang tentang peristiwa pem-bom-an ini. Atau kalau mungkin itu terlihat agak terlalu ngeri dan dramatis, kita bisa sebut saja dengan kata ‘tragedi ini’.

Ya, memang bermacam – macam orang dalam menanggapi berita yang ia dengar dari media tentang ‘tregedi ini’. Ada yang langsung melakukan aksi galang dana, ada yang mendo’akan, ada yang mengirim fatihah ( Lahul fatihah...aminn), ada yang posting bacaan Qunut Nazilah, ada juga yang langsung mencaci, menghujat dan mengutuk Israel seperti yang disampaikan Sekjen Pengurus Besar Nahdhatul Ulama lewat Republika On Line (REPUBLIKA.CO.ID ).
“ REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud mengecam keras aksi militer yang dilancarkan Israel ke wilayah Gaza, Palestina.”

Bahkan ada yang mengutuk dengan nada yang lebih kasar lagi, misal "Fuck Zionis" atau "Zionis Biadab". Salah satu teman saya (lagi) mengutuk dengan kata “fuck of israel,, kampang.” Kampang adalah bahasa khas umpatan Banten, semisal jancuk, jangkrik, dll.

Kebetulan tadi malam saya sedang post beberapa tulisan tentang “Snouk Hurgonje” di Account Twitter saya (@Imam_Chart ). Saat saya menelusuri beranda, saya lihat tweet teman – teman kurang lebih sama, tentang ucapan bela sungkawa Palestina. Namun ada yang menarik ternyata. Ada yang nge-tweet kira kira begini bunyinya :

“ Ini yg pada menghujat Zionis Israil sebenernya tahu nggak kalo Hamas jg melakukan serangan balik? [1] ”

Saya penasaran juga, apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh teman saya ini. Akhirnya saya buka TL nya. Dan hasilnya, beberapa tweetnya yang lengkap :

“ Ini yg pada menghujat Zionis Israil sebenernya tahu nggak kalo Hamas jg melakukan serangan balik? [1] ”

“ Dan serangan balik dari Hamas itu jg menjatuhkan korban. [2] “

“ Lalu kenapa isi postingannya selalu "Fuck Zionis" atau "Zionis Biadab" tanpa mengindahkan balasan Hamas? [3] “

Bagi Anda yang kemarin – kemarin sudah terlanjur menghujat dengan kata – kata serupa tolong jangan tersinggung dulu, atau merasa tersentil. Maksud dari teman saya ini ada di tweet selanjutnya :

“ Apa dianggapnya adalah sebuah keharusan yg wajar ketika roket dibalas roket, bom dibalas bom, dan korban dibalas korban? [4] ”

“ Kalau begitu jangan mengatasnamakan rasa kemanusiaan dong. Wong cuma pembelaan sepihak. :3 [5] “

“ Oke. Anggap saja membela Islam dan Muslim di Gaza. Atau jangan2 sebenernya lebih berfokus pada persoalan tanah? [6] ”

“ Membela mati-matian Gaza dan Tepi Barat jg Al-Aqsa. .dari tangan Zionis. [7] “

“ Bagaimana seandainya bukan Zionis yg melakukannya? Atau, atau, bagaimana jika Palestina merdeka, dan mereka menendang keluar warga Israel dan ... (sepertinya kalimatnya kepanjangan jadi terputus).“

“(yang ini juga sama)...ri negaranya? [8]”

“ Semacam balas dendam. Apakah kita akan tetap sevokal ini dalam menyuarakan kemanusiaan? Atau menganggapnya sbg euforia kemenangan Islam? [9] ”

Jadi yang saya tangkap kira – kira dari celotehan teman saya ini, mereka yang sedang marah – marah atas berita ‘tragedi ini’ adalah orang – orang kurang/tidak membaca ‘tragedi ini’ secara menyeluruh. Mudah terpancing dan terprovokasi, dan tersulut emosi. Sampe menghujat, mencaci dan “ gembor – gembor “ mati – matian membela Gaza atas nama kemanusiaan ini, kurang tepat. Menurutnya, bisa saja itu kan Cuma “cuma pembelaan sepihak”, atau dengan bahasa yang lebih mulia “membela Islam dan Muslim di Gaza” yang sebenarnya (mungkin hanya) “persoalan tanah”.
Saya harap Anda tidak emosi ketika membaca ini, sebagaimana saya ‘emosi’ waktu pertama membaca tweet nya beliau. Teman saya ini. Sebelum menulis note ini saya coba tenangkan diri dulu, dengan harapan, apa yang saya tulis ini tidak diwarnai rasa ‘emosi’ dan kemarahan yang mendominasi.

Lagian memang saya rasa juga menjadi wajar. Karena beberapa hari kemarin saya iseng buka Kompas.com. Dan memang disitu ada juga berita – berita tentang ‘tragedi ini’. Salah satunya memang membahas tentang motif balas dendam dalam ‘Tragedi ini’. Seperti berita ini :

Judulnya : ” Dalam Dua Hari Israel Serang 430 Sasaran di Gaza"

atau disini
judul : Menlu AS Israel dan Palestina Hadapi Momen Berbahaya

Operasi nya disebut sebagai upaya pertahanan diri. Jadi seolah – olah Israel lah yang sedang bertahan dari serangan Hamas. Selanjutnya kita sebut saja Palestina.
Atau ini
Judulnya : Israel Bombardir Gaza, 28 Orang Tewas dan 150-an Terluka

GAZA CITY, KOMPAS.com - Israel membombardir Gaza City, Selasa (8/7/2014). Petugas medis, Rabu (9/7/2014), menyebutkan setidaknya 28 orang tewas akibat serangan tersebut dan 150-an orang yang lain terluka. Serangan ini paling mematikan sejak 2012.
"Sejumlah teroris keluar dari laut dan menyerang basis dengan senapan Kalashnikov dan granat tangan," kata juru bicara militer Letnan Kolonel Peter Lerner.
Hamas disebut sebagai teroris. Jadi seolah – olah yang sedang dihadapai oleh Israel adalah para teroris yang memang sah untuk ditumpas.

Atau diberita ini
Judulnya : Israel Bombardir Gaza, 28 Orang Tewas dan 150-an Terluka

“ Sejauh ini lontaran roket dari Hamas tak menjatuhkan korban jiwa di Israel.”

Anda bisa lihat. Dan anda boleh bertanya, siapa yang harusnya khawatir atas ‘tragedi ini’. Siapa yang teroris, dan siapa yang sedang bertahan. Keseluruhan berita ini memang dibangun seolah – olah bahwa perang ini adalah ‘Perang Mulia’ Israel menumpas Teroris Al Qassam, sayap militer Hamas. Jadi wajar saja kalau ‘Teman saya’ tadi berpikir demikian. Mungkin berita – berita yang beliau baca, ya berita – berita dari Kompas ini. Kalau kita mau jeli, mungkin iseng – iseng kita juga bisa menebak kemana arah pemberitaan yang ada di Kompas media ini. 

Yang menjadi pertanyaan penting, bagaimana Anda bisa membedakan yang mana tentara Al Qasam dan mana sipil? Sedang mereka berjuang bersama!

Yang lagi, apa jadinya rakyat sipil Palestina tanpa adanya tentara Al Qassam?

Sayangnya di saat media lain membentuk Opini demikian, media Islam ‘lain’ malah mengalami pembusukan citra. Disebut adu domba, provokatif, penyebar fitnah dan lain sebagainya.

Nah, untuk perkara “Balas Dendam” kita mungkin bisa baca dari berita berjudul ” Dalam Dua Hari Israel Serang 430 Sasaran di Gaza.“ ada kata – kata yang menarik disana. Bunyinya :

| "Hamas menembak kami dan mereka harus menghentikan penembakan itu terlebih dahulu. Namun, kami tak puas sebelum kami bisa menghancurkan Hamas dan seluruh infrastuktur teror di Gaza," tambah Saar.|

Ya memang mudah untuk menyebut ini adalah tragedi saling balas dendam. Dalam kalimat itu Anda bisa lihat bahwa seolah – olah yang menyerang lebih dulu adalah Palestina. Lalu dengan begitu Israel bertahan dengan memBomBardir Palestina. Dan dengan itu, Palestina harus menghentikan serangannya terlebih dahulu. Tapi, apakah dengan demikian Israel akan berhenti juga. Ternyata jawabannya TIDAK. Jadi yang di incar oleh Israel bukan perdamaian, tapi kepuaan atas penghancuran Palestina. Selama Israel belum puas, menghancurkan Palestina maka selama itu pula tidak akan berakhir perang, walaupun premis satu “ mereka (Palestina) harus berhenti dulu” dipenuhi.

Ah memang ‘tragedi ini’ tak bisa kita rangkai hanya dengan potongan – potongan kecil berita – berita ini. Karena memang ‘tragedi ini’ adalah bagian dari konflik panjang 3 Agama Samawi di dunia. Yahudi, Kristen, Islam. Sama ketika kita ingin memahami Islam, tidak bisa sekedar dengan memakai artikel – artikel di internet, atau dengan hanya pelabelan ini Islam Radikal, ini Fundamentalis, Ini Moderat, Ini Suni, Syi’ah, Khawarijh, wahabi, ini Islam yang benar ini yang salah dan lain – lain.

Sialnya, tweet nya belum selesai. Masih ada lanjutannya :

“ Padahal Islam tidak mengajarkan balas dendam. [10] “

Sayangnya Diterima atau tidak, ajaran pokok Islam adalah “ Jika engkau ditampar maka balaslah dengan yang sama/setimpal.” Ini yang membedakan Islam dengan ajaran pokok Kristen, “ Jika kau ditampar pipi kananmu, maka berikanlah pipi kirimu (untuk ditampar pula).” Islam lebih kasar ketimbang Kristen yang cenderung lembut dan penuh kasih, ya? Logika yang salah! Itu adalah bentuk ketegasan, sikap adil dan pertengahan Islam. Walaupun memang ada lanjutan dari ajaran pokok Islam itu, “ bahwa jika engkau memafkan, tentu itu jauh lebih baik”. Saya tidak yakin opsi terakhir, “mema’afkan” Israel ini bisa jadi solusi. Mengingat premis diatas.

Selanjutnya beliau menulis :

| “ Jadi, kita pikirkan lagi alasan kita menghujat. Sembari berdoa, sembari memandang sekeliling kita. [11]” |

Jujur Saya sepenuhnya belum tahu motif pastinya, apakah beliau ini kecewa dengan respon teman – teman yang mengumpat dan menghujat, atau (naudzubillah) sedang mengejek bahwa mereka yang emosi itu kurang cerdas dalam membaca suasana, dan bahwa beliau lebih cerdas dalam menganalisa sehingga tidak mudah terprovokasi, atau beliau punya saran cara mengumpat yang lebih baik atau entahlah.

Yang jelas kita diingatkan oleh teman saya ini, untuk lebih santun dalam berkata – kata. Walaupun dalam keadaan marah. Dan beristighfar itu jauh lebih baik daripada apapun.

Kalau memang kebetulan teman saya ini membaca, semoga beliau bisa memaklumi kenapa umpatan – umpatan itu terlontar. Tidak lain hanya sebagai ekspresi rasa ukhuwah, persaudaraan dan cinta pada tanah Muslim Palestina. Dan rasa jengkel yang sangat mendalam bahwa dalam suasana konflik seperti itu, kita tak mampu berbuat apa – apa untuk menolong mereka, saudara – saudara kita di Palestina.

Yang menurut saya bahaya adalah, jika sudah muncul rasa bahwa ‘tragedi ini’ adalah gara – gara Hamas yang membuat kacau di Palestina. Ya, Hamas itulah aliran Islam garis keras, Radikal dan Fundamentalis, maka wajar jika perang di Palestina tidak pernah usai. Dan dengan begitu kita hanya sekedar simpati saja, setelah itu sudah. Karena kebencian kepada Hamas, lalu teman – teman yang terlihat gembar – gembor “seolah –olah” membela Palestina ini tidak faham tentang adanya kospirasi dibalik itu, yang merusak umat. Entah itu benar – benar konspirasi, atau yang yang dilebih – lebihkan, itu bisa kita bahas lebih lanjut. Yang jelas, Konspirasi Zionis dkk adalah menguasai untuk menguasai manusia sedunia, termasuk juga menundukkan Islam. Logika pengkotakan Islam seperti ini yang biasanya menjadi penghalang persaudaraan. Lebih parah lagi, kita menjadi buta siapa musuh kita sebenarnya.

Disisi lain satu golongan merasa perlu menjaga diri untuk tetap santun dan kalem – terutama di hadapan Barat - , sambil menyalahkan mereka yang beringas. Tak sadar bahwa dibelahan bumi lain, Islam sedang terinjak – injak dan dibantai habis - habisan. Kita tentu belum lupa, kemarin “ The Jakarta Post “ Islam kembali diperolokkan. Untuk ini saya bisa kutipkan kata – kata teman saya :

kata saya : “seenggaknya jangan ampe kemarahan lo mendominasi *asek bahasa gwe ...hehe "

jawab dia : “se'enggak'y jangan pula karena mulia'y hati lo bikin agama lo trus2an d injak2.”

Anda bisa simpulkan sendiri 
Yang jelas, pembelaan ini adalah wujud dari rasa peduli dan persaudaraan (ukhuwah) ke-Islaman. Siapapun yang muslim pasti tahu bahwa Ukhuwah tak terbatas oleh teritori, suku, bangsa dll. Dimanapun Ia ketika sudah muslim, maka dia adalah saudara kita. Penjajahan atas Hak – Hak nya adalah luka buat kita semua.

Namun jika memang hati kita tak cukup familiar dengan kata " (panggilan) Ukhuwah "
Mungkin kita bisa mengingat lagi kata – kata Ir Soekarno sebagai panggilan atas rasa Nasionalisme kita, “ Jika kemerdekaan bangsa Palestina beloem diserahkan kepada orang – orang Palestina, maka selama itoelah Bangsa Indonesia berdiri menantang pendjadjahan Israel.”

Namun, jika panggilan itu juga belum cukup pula menggerakkan hati, maka mungkin" (Panggilan) Kemanusiaan ", cukup untuk sekedar pertimbangan menentukan Sikap kita. Lagi – lagi atas nama Hak Asasi Manusia yang di bangga – banggakan Barat. Jika memang pemikiran kita lebih condong ke Barat ketimbang Islam.

Karena memang sepertinya agak muluk juga berharap bahwa semua muslim dapat di ajak bicara sebagai seorang muslim tanpa meninggalkan ‘kotak’nya, kecintaan pada ‘kotak’masing – masing masih kental terasa. Ah, termasuk mungkin juga saya, tanpa terasa.

Akhirnya mungkin untuk pengingat buat kita semua, (lagi-lagi) saya kutip dari teman saya :
Meminjam istilah Papa "CEKEREME"
Papa saya sering mengatakan pada anak-anaknya jangan jadi Orang Cekereme. Lucu sih kedengerannya, tapi maknanya dalem. Cekereme itu artinya remeh, kecil jiwa dan pemikirannya. Mungkin terinspirasi dari kata 'ceker' yg letaknya di bawah, dan berkonotasi kecil/remeh.

Kenapa tiba-tiba teringat Cekereme ini? Saya melihat saat ini para ulama atau orang2 yg dianggap paham agama justru meributkan dan memperebutkan hal hal yg bersifat cekereme ini. Entah kursi di pemerintahan, entah masa pengajian, dan perbedaan-perbedaan 'cekereme' ini justru akan menenggelamkan umat Islam dalam lubang perpecahan yg semakin dalam. Beda cara sholat ribut, beda cara berpakaian ribut, beda ustad ribut, beda partai atau gerakan ribut, beda milih presiden ribut.

Padahal saat ini ada hal yg paling genting dan paling utama untuk diperjuangkan bersama-sama sbg umat muslim. Sesuatu yg akan menaungi hal hal cekereme tadi.
Well, saya memimpikan suatu masa dimana ketika seseorang berkata dia muslim maka ikatan apapun akan lebih lemah karena dibandingkan dengan ikatan tauhid.
Stop meributkan hal 'CEKEREME' guys! ;)

| Agama yang benar, yakni agama yang menjadi pelita bagi peradaban dan pengamalannya sebagai pembimbing kemanusiaan. Makanya, agama dapat membuat orang bahagia, sedangkan yang bikin celaka orang adalah meninggalkan agama. | - Gus Mus, Pengasuh Pondok Pesantren Roudltut Thalibin - |

Oleh : Imam ‘BC’ Chartego
Jum’at, 11 Juli 2014
Pukul 03:22
Ditemani musik :
- Palestina Memanggil (Dari Album Bangkitlah Negeriku)
- Merah Saga (Dari Album Bangkitlah Negeriku)
- Freedom ( Maher Zain )
- Subhanallah ( Maher zain)
- I Love You So ( Maher Zain)

**** **** ****
Setelah memposting note ini di fb, malamnya say bener an berantem sama dua teman saya. Yang satu temen se kos, Taufik, yang satu lagi temen SMA saya, Raufina.
Yang sebenernya mereka berdua punya cara pandang yang saling berlawanan.
Pas waktu sahur, saya ngobrol sama Taufik, dan dia ngaku marah sampe pengen ngajak berantem. Tapi akhirnya, yasudah.
Siangnya saya juga ditelfon Rau, dan saya meminta maaf atas hal hal yang terkait dengannya. Sayangnya mungkin sampai saat ini kita nggak bisa akur bener bener ya karna note ini. Pasca note ini terbit, account twitter saya di block, dan sampai sekarang.
Dan teman saya si Taufik juga akhirnya nulis surat terbuka ( pas waktu itu masih rame ramenya surat terbuka).

No comments:

Post a Comment